Selasa, 15 Mei 2018

Retensi Urin Post Partum (ini ceritaku melahirkan)


Memiliki buah hati yang imut2 dan lucu, sehat, ceria adalah dambaan hati setiap Ibu. Alhamdulillah diusia pernikahanku ke 7 bulan aku hamil.

MasyaAllah girang banget. Langsung tau deh rasanya bahagia itu bagaimana. Merasakan ada gerak makhluk luar biasa dalam rahim kita. Menakjubkan sekali saat melihatnya di layar TV ketika di USG. 

MasyaAllah indah. Meniti hari demi harinya memang ada rasa mual, sakit dan bermacam rasa lainnya. Apalagi aku harus menempuh jarak yang cukup jauh menuju tempat saya mengabdikan hidup sebagai pejuang pendidikan  dengan naik angkot.
Gerah, sakit, mual dan takut mengiringi. Tapi rasanya tetap happy! karena ada penyemangat hidup dan rasa saya tak sendiri.

Suami sangat bersemangat. Karena usia kami saat menikah juga sedikit terlambat dari usia ideal menikah diIndonesia. Beliau sudah sangat merindukan menimang anak.

Dari hari kehari perhatian suamiku makin luar biasa. Mulai dari menggendongku kekamar mandi ketika subuh hari.  Menyuapiku makan kalo aku lagi mual dan ga' sanggup makan di usia Trisemester pertama kehamilanku sampai menjemputku setiap hari diTrisememester akhir kehamilan yang sangat jauh jaraknya. Dia slalu jadi ayah Siaga.

Beliau selalu menidurkanku dengan lantunan ayat suci Alqur'an sampaiku terlelap. Setiap hari suamiku juga mengajak buah hatiku bicara dan sudah memberinya nama panggilan. Makanan bergizi benar2 jadi prioritas suami di trisemester pertama, agar fisik ananda tumbuh dengan sempurna. 

MasyaAllah, aku bahagia sekali merasakan perjalanan menuju hari menjadi seorang Ibu.

Tibalah hari yang dinanti, Pukul 5 sore aku merasakan kontraksi. Bersama suami kami menuju sebuah rumah bidan langganan keluarga suami. Disanalah aku melahirkan. mulai jam 5 sore sampai jam 10 pagi barulah anak pertamaku lahir. 

Perjuangan yang benar2 luar biasa. Sakit sekali. Saat pembukaan 6 mulai terasa sangat sakit karena aku memiliki penyakit asam lambung dan aku muntah.
Suamiku memberiku kurma dan aku semangat memakannya karena sejak hamil aku dan bayiku telah berjanji akan berjuang melahirkan secara normal. Walaupun Dokter tempat USG dan kontrol slalu mengatakan mustahil aku bisa melahirkan secara normal dengan tinggi badan kurang dari 145 cm dan bayinya besar.

Namun aku yakin Allah maha besar dan mampu mengabulkan do'aku agar bisa melahirkan secara normal. Aku terus belajar teknik melahirkan dari teman2 yang sudah pengalaman dan dari internet. Aku belajar mengkonstruksi pola pikir yang pesimis jadi optimis. Berdo'a, sholat malam, tilawah. Aku slalu meminta kemudahan dalam melahirkan dan mendidik anak-anakku. 

Bidan yang membantuku melahirkan mulai lelah karena semalaman membantu banyak orang melahirkan selain aku. Aku belum juga melahirkan padahal sudah dari sore kontraksi.  Air ketubanku mulai keruh dan berkurang. Dua minggu sebelum melahirkan aku sudah kehilangan sebagian air ketuban dan aku tidak tau kalo itu air ketuban.

Kalo dari pengecekan bidan, air yang keluar seperti air putih dan tidak berbau dan keluarnya deras tak bisa dibendung itu adalah air ketuban. Lalu beliau mengajariku do'a nabi Yunus saat dalam perut ikan paus 
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

dan meminta ibuku mendo'akanku. Aku benar2 pasrah pada Allah SWT atas apapun kehendaknya dan tak putus harap agar bisa normal melahirkan putraku. Alhamdulillah,Akhirnya aku bisa melahirkan putra pertamaku secara normal.

Usai melahirkan, aku tak bisa buang air kecil.